Tawa O'loho dan Kambatu Tinumisi, Masakan Khas Daerah Kendari dan Konawe
Idul adha umumnya buat sebahagian orang jadi hari kelimpahan daging, tetangga kiri serta kanan, dari beberapa instansi, dari organisasi serta yayasan yang melakukan qurban tiba mengantarkan daging kurban. Demikian juga idul adha tahun ini, selain ikut juga berqurban, saya banyak mendapatkan kiriman daging, yang benar-benar berlebihan serta tidak kemungkinan bisa kami butuhkan.Ditambah lagi keluarga kami batasi mengonsumsi daging alias takut cholesterol. Jadilah daging-daging yang berlebihan ini saya kirim ke keluarga serta saudara di kampung, yang alhamdulillah diterima dengan suka serta bahagia. Keluarga, saudara serta tetangga di kampung dapat ngumpul serta rayakan idul adha dengan "acara pesta" sinonggi (makanan alternatif nasi, dari sagu) dengan lauk daging.Serta tentunya masakan daging ini diproses jadi masakan dengan menu tradisionil yaitu Nahu Tawa O'loho (masak daun kedondong rimba) apabila dagingnya belum habis, maka diawetkan jadi kambatu (daging asap), yang kurang lebih 2 hari selanjutnya telah jadi serta dapat diproses jadi masakan lezat namanya Kambatu Tinumisi (Daging asap tumis kuah).Ke-2 masakan ciri khas tradisionil suku tolaki di Kendari serta Konawe ini nampak simpel, tetapi taste yang dibuatnya tidak kalah mengundang selera dengan masakan-masakan tradisionil wilayah lain, jika pernah mencicipinya, tentu buat rindu untuk icip-icip lagi.
Masakan ini bahan dasarnya ialah daging yang menempel pada tulang iga, pada tulang pangkal kaki serta daging yang masih tetap menempel pada tulang punggung. Semua daging serta tulang di potong-potong kecil. Dibuat seperti masakan berkuah. Kelebihannya ialah kombinasi penting masakan ini yaitu beberapa lembar daun kedondong rimba yang dalam bahasa lokal Kendari/Konawe disebutkan tawa o'loho.Kurz (1875) mengatakan Spondias pinnata, dalam bahasa Latin termasuk juga famili kedondong (Anacardiaceae). Kekhasan cita rasa masakan ini sedikit kecut fresh, rasa serta aroma tawa o'loho benar-benar mencolok menghidupkan hasrat, baik itu dikonsumsi untuk lauk nasi atau dikonsumsi untuk lauk sinonggi (papeda/sagu). Rasa ciri khas serta aroma daun tawa o'loho betul-betul membuahkan masakan tradisionil yang unik serta gurih tanpa tara.Masakan ini akan nikmat bila diberikan serta disantap pada kondisi masih panas, serta janganlah lupa memberikan tambahan rasa pedas dari kombinasi sedikit garam, cabe rawit yang dipecahkan serta perasan jeruk purut. Menikmatinya terasanya menjelma jadi raja-raja jaman dahulu yang melahap makanan dengan lahap sampai tubuh basah sebab berpeluh.Kambatu Tinumisi.Bahan fundamen dari masakan ini ialah Kambatu yaitu daging murni yang diawetkan dengan proses pengasapan. Dengan cara tradisionil cara membuat kambatu ini ialah daging di potong-potong sebesar tinju orang dewasa, daging yang telah di potong-potong ditusuk dengan tali kulit rotan seperti untaian kalung, lalu digantung di atas dapur kayu (dapur tradisionil orang Tolaki) supaya jadi kering serta terasapi semasa beberapa waktu sampai kering (bisa dijemur dulu saat akan diasapi).Daging yang sudah kering berikut yang disebutkan "Kambatu", yang awet disimpan sampai beberapa bulan. Saat akan diproses untuk masakan, baru kambatu ini ditarik dari untaian rotan.Kambatu di iris-iris kecil, ditumis berkuah dengan bumbu simpel, beberapa siung bawang merah serta bawang putih, sepotong lengkuas, sereh dan digabung banyak potongan tomat (Seharusnya tomat sayur, bukan tomat buah). Rasa-rasanya asam sedikit menyepak sebab impak rasa tomat.Kuah masakan tradisionil ciri khas suku Tolaki ini bila digabung cabe rawit serta perasan jeruk purut, serta disantap saat mengepul, baik itu disantap bersama-sama sinonggi atau nasi, sensasinya membuat bibir merah merekah, keringat membasahi tubuh membersihkan semua duka dalam kehidupan, serta semoga tidak membuat lupa hutang.
Kehebatan Ayam Cile Super |